MPR for Papua mengecam tindakan penganiayaan yang menyebabkan tewasnya seorang guru bernama Melani Wamea di Sekolah Jhon D. Wilson yang terletak di Distrik Holuwon, Yahukimo, Papua Pegunungan. Insiden ini, yang terjadi pada Jumat lalu, memicu panggilan untuk tindakan tegas dari aparat keamanan dalam menghadapi situasi yang semakin mengkhawatirkan di daerah tersebut.
Ketua MPR for Papua, Yorrys Raweyai, menekankan pentingnya investigasi menyeluruh untuk memastikan keamanan bagi para pendidik dan fasilitas pendidikan di Tanah Papua. Ia menyampaikan bahwa tindakan kekerasan tidak dapat dibenarkan, terutama yang mengakibatkan hilangnya nyawa.
“Kejadian ini sangat memprihatinkan dan tidak bisa diterima dalam bentuk dan alasan apapun,” ungkap Yorrys dalam konferensi pers yang disampaikan pada Selasa malam. Menurutnya, kekerasan terhadap tenaga pendidik harus dihentikan selamanya.
Serangkaian Kekerasan Terhadap Tenaga Pendidik
Yorrys mencatat bahwa insiden kekerasan terhadap tenaga pendidik bukanlah hal baru. Sejak awal tahun, puluhan guru telah menjadi korban, dengan beberapa di antaranya kehilangan nyawa. Hal ini menunjukkan bahwa situasi pendidikan di wilayah tersebut semakin memburuk.
Kekerasan yang tak terbilang jumlahnya telah menciptakan ketakutan di kalangan pendidik, yang seharusnya fokus pada tugas mereka mendidik generasi muda. Keterpurukan ini membuat banyak guru ragu untuk bertugas di daerah rawan konflik.
Sejak awal 2025, kejadian-kejadian serupa hanya semakin memperburuk citra keamanan pendidikan di Papua. Situasi ini memerlukan perhatian serius dari pihak keamanan dan pemerintah untuk menghentikan siklus kekerasan yang terus berulang.
Pembakaran Sekolah: Ancaman yang Tak Tertebus
Selain insiden penganiayaan terhadap Melani Wamea, terdapat pula laporan tentang pembakaran SMP Kiwirok di Pegunungan Bintang. Pembakaran tersebut diduga dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB), yang menambah daftar panjang kekerasan terhadap infrastruktur pendidikan.
Gedung SMP Kiwirok telah dua kali menjadi sasaran. Penyerangan terakhir terjadi pada Senin lalu, yang menunjukkan bahwa KKB terus menyasar fasilitas pendidikan sebagai bagian dari taktik mereka. Hal ini disayangkan mengingat pentingnya pendidikan bagi perkembangan sumber daya manusia di Papua.
Kebakaran yang terjadi per siang itu melibatkan beberapa anggota KKB dan mendapat respons dari aparat keamanan. Sedikitnya tujuh orang ditangkap dalam penggerebekan, tetapi upaya ini masih dianggap kurang efektif untuk menangani masalah mendasar.
Panggilan untuk Tindakan Tegas dari Aparat Keamanan
Yorrys Raweyai mengeluarkan seruan untuk semua pihak, terutama aparat keamanan, agar segera mengambil tindakan tegas terhadap pelaku kekerasan. Ia menegaskan bahwa pendidikan adalah garda terdepan dalam pembangunan masyarakat, dan harus dilindungi dengan segala cara.
Dalam keterangan resminya, Yorrys meminta agar keamanan dan kenyamanan para pekerja pendidikan di Tanah Papua dapat terjamin. “Kami menuntut perlindungan yang lebih baik bagi tenaga pendidik, agar mereka dapat melaksanakan tugas mulia mereka tanpa takut terhadap ancaman,” ujarnya tegas.
Penyelidikan mendalam diperlukan untuk menemukan akar permasalahan dan mencegah berulangnya insiden seperti ini di masa depan. Langkah-langkah konkret harus diambil untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang aman.
Pendidikan sebagai Kata Kunci untuk Membangun Masa Depan Papua
Pendidikan merupakan salah satu faktor kunci dalam pembangunan sumber daya manusia di Papua. Kondisi yang terjadi saat ini menuntut perhatian dan tindakan nyata dari semua pihak, baik pemerintah maupun aparat keamanan, untuk melindungi guru dan siswa.
Keberhasilan dalam pendidikan akan berdampak positif bagi masa depan daerah dan masyarakat Papua secara keseluruhan. Sebaliknya, terus berlanjutnya kekerasan hanya akan memperburuk kondisi sosial dan psikologis masyarakat yang sudah tertekan.
Investasi dalam pendidikan dan penyediaan lingkungan yang aman sangat berpengaruh pada peningkatan kualitas hidup warga. Oleh karena itu, penanganan tegas terhadap tindakan kekerasan merupakan langkah yang sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan sistem pendidikan di Papua.