Ibu Negara Brasil, Janja Lula da Silva, memberikan pandangan yang konstruktif terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sedang diterapkan di Indonesia. Melalui kunjungan langsung ke salah satu lokasi program di Halim, Jakarta Timur, beliau menyampaikan beberapa saran untuk meningkatkan efektivitas distribusi makanan tersebut.
Hal ini diungkapkan oleh Juru Bicara Badan Gizi Nasional (BGN) Dian Fatwa. Menurutnya, masukan dari Janja sangat penting untuk pengembangan sistem distribusi yang lebih baik bagi siswa di sekolah.
Pentingnya Dapur Sekolah untuk Program MBG
Dian menyampaikan bahwa Janja merekomendasikan untuk membangun dapur di setiap sekolah sebagai upaya untuk memfasilitasi distribusi makanan. Dengan adanya dapur sekolah, makanan dapat disiapkan secara lebih segar dan terjangkau bagi siswa.
“Dapur sekolah dianggap sebagai solusi yang tepat,” kata Dian. Hal ini juga diharapkan dapat mempercepat distribusi makanan kepada siswa yang membutuhkan.
Janja menekankan pentingnya sistem distribusi yang terpusat, yang dapat menjaga kualitas makanan yang disajikan. “Kami ingin melihat kualitas makanan, sehingga perlu ada ketelitian dalam proses distribusi,” tambah Dian.
Implementasi Produk Lokal dalam Program MBG
Salah satu saran penting dari Janja adalah untuk memanfaatkan produk dari petani lokal. “Di Brasil, ada regulasi yang mewajibkan pemanfaatan produk lokal, dan kami ingin itu juga diterapkan di sini,” ungkap Dian.
Dia menjelaskan bahwa beberapa Satuan Pendidikan Pengelola Gizi (SPPG) di Indonesia sebenarnya sudah mulai mengadopsi bahan-bahan dari produk lokal. Namun, di Jakarta Timur, inisiatif ini masih terbilang baru.
Pembangunan infrastruktur untuk mendukung petani lokal juga diakui masih memerlukan waktu. “Kami berada dalam tahap awal, tetapi kami tetap berkomitmen untuk menggunakan bahan dari petani lokal,” ujarnya lebih lanjut.
Membangun Dapur Sekolah untuk Keberlanjutan Program Gizi
Konsep pembangunan dapur sekolah tidak hanya menjadi masukan dari Janja, tetapi juga merupakan usulan dari berbagai pihak. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Abdul Mu’ti, sebelumnya juga menyarankan agar program MBG dikelola dengan lebih mandiri oleh masing-masing sekolah.
Usulan ini semakin relevan mengingat tingginya angka keracunan yang dilaporkan akibat makanan MBG. Peneliti dan pemerhati pendidikan juga mendorong agar program ini harus dikelola dengan lebih dekat oleh komunitas setempat.
“Pengelolaan program oleh sekolah dan komunitas lokal sangat penting agar lebih efektif,” tambah peneliti dari Celios, Media Wahyudi Askar. Perubahan ini diharapkan bisa membuat program MBG lebih efektif dan efisien.
Tanggapan BGN terhadap Usulan Dapur Sekolah
Badan Gizi Nasional mengaku terbuka terhadap saran untuk membangun dapur sekolah. “Jika sekolah memiliki kapasitas, kami tidak keberatan untuk mengizinkan mereka mengelola MBG secara mandiri,” kata Wakil Kepala BGN, Nanik S Deyang.
Pengelolaan mandiri oleh sekolah dianggap dapat memberikan dampak yang lebih positif, terutama dalam memenuhi kebutuhan gizi siswa.Setiap sekolah diharapkan dapat mengadaptasi program ini sesuai dengan keadaan mereka masing-masing.
Pembangunan dapur sekolah diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi siswa. Ini adalah langkah awal menuju peningkatan kualitas gizi dan kesehatan anak-anak di Indonesia.














