Insiden ledakan bom di SMAN 72 Jakarta menghebohkan masyarakat dan memicu beragam reaksi. Polisi menduga bahwa penyerangan tersebut dilakukan oleh seorang pelaku yang menggunakan remote control untuk meledakkan bom dari jarak jauh.
Informasi ini muncul setelah pihak berwenang melakukan penyelidikan dan menemukan remote control di taman baca yang berlokasi di sekitar sekolah. Hal ini menambah kompleksitas kasus dan memberikan gambaran bahwa aksi ini direncanakan dengan matang.
Dugaan Awal Terhadap Pelaku dari Hasil Penyelidikan
Polisi menjelaskan bahwa mereka menemukan tujuh bom di tiga lokasi berbeda di SMAN 72 Jakarta. Lokasi tersebut terdiri dari masjid, bank sampah, dan taman baca, yang menjadi pusat aktivitas siswa.
Dari tujuh bom yang ditemukan, hanya empat yang berhasil meledak saat kejadian. Dua bom meledak di dalam masjid, sementara dua bom lainnya meledak di bank sampah, menambah kerusakan yang ditimbulkan.
Menurut Kombes Pol Henik Maryanto, terdapat tiga bom yang masih aktif dan saat ini sudah diamankan di markas Brimob. Penanganan yang cepat dan tepat ini merupakan langkah penting untuk mencegah korban jiwa lebih banyak.
Status Hukum Pelaku yang Masih di Bawah Umur
Irjen Asep Edi Suheri mengkonfirmasi bahwa terduga pelaku berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH). Hal ini diungkapkan dalam konferensi pers yang digelar di Polda Metro Jaya dan menarik perhatian banyak pihak.
Status ABH diberikan karena terduga pelaku adalah seorang siswa aktif yang tergolong masih di bawah umur. Keberadaan pelaku di lingkungan sekolah menimbulkan keprihatinan tersendiri di masyarakat.
Asep menekankan bahwa pelaku bertindak secara mandiri dan tidak terhubung dengan jaringan teroris manapun. Penegasan ini penting untuk menanggapi kemungkinan spekulasi di masyarakat mengenai potensi keterlibatan kelompok radikal.
Respon Masyarakat dan Tindakan Keamanan Selanjutnya
Insiden ini memicu kekhawatiran di kalangan orangtua serta siswa lainnya di SMAN 72 Jakarta. Banyak orang tua yang kini memperhatikan lebih seksama kondisi keamanan di lingkungan sekolah dan sekitarnya.
Pihak sekolah juga berkomitmen untuk meningkatkan pengamanan dan pengawasan di kawasan tersebut. Selain itu, penting untuk memberikan edukasi tentang bahaya ekstremisme dan radikalisasi kepada para siswa.
Langkah-langkah preventif menjadi salah satu fokus utama dalam mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan. Keterlibatan aktif masyarakat dan sekolah dalam menangani isu ini diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman.














