Rencana pemerintah untuk mengalokasikan anggaran sebesar Rp 335 triliun bagi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tahun 2026 mencuri perhatian masyarakat. Lonjakan angka tersebut menunjukkan peningkatan lebih dari empat kali lipat dibandingkan dengan pagu anggaran tahun 2025 yang hanya mencapai Rp 71 triliun.
Kenaikan signifikan ini menyebabkan berbagai pertanyaan muncul, khususnya di tengah kondisi serapan anggaran tahun ini yang belum sepenuhnya optimal. Apakah pemerintah sudah siap dengan segala tantangan yang mungkin muncul akibat meningkatnya alokasi anggaran ini?
Kementerian Keuangan menyadari adanya rasa khawatir di tengah masyarakat. Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu, Astera Primanto Bhakti, menegaskan bahwa evaluasi anggaran akan berjalan secara menyeluruh, termasuk untuk MBG. Langkah ini diambil untuk memastikan setiap rupiah anggaran bisa dipertanggungjawabkan dengan baik.
Tidak hanya MBG yang menjadi sasaran evaluasi, tetapi juga seluruh kementerian dan lembaga (K/L). Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan penanganan anggaran dan memastikan sasaran yang ingin dicapai dapat terpenuhi.
Alasan Di Balik Peningkatan Anggaran MBG yang Signifikan
Mengapa pemerintah memutuskan untuk meningkatkan alokasi anggaran untuk Program Makan Bergizi Gratis dengan angka yang begitu fantastis? Salah satu alasan utamanya adalah karena target yang semakin luas dan kebutuhan yang lebih besar dalam masyarakat. Dalam situasi ekonomi yang terus berubah, asupan nutrisi masyarakat menjadi faktor penting untuk mendukung kesehatan dan produktivitas.
Astera menyebutkan bahwa evaluasi terhadap anggaran bukan hanya difokuskan pada MBG saja. Setiap kementerian dan lembaga juga akan menjalani proses yang sama untuk menjamin semua program berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Keberhasilan program tidak hanya diukur dari jumlah dana, tetapi juga dari dampak yang dihasilkan.
Tingginya anggaran MBG bukan tanpa landasan. Pemerintah memiliki tujuan yang jelas untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Makanan bergizi dianggap sebagai investasi jangka panjang dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga output yang diharapkan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Realitas Penggunaan Anggaran dan Tantangan yang Dihadapi
Hingga bulan September 2025, realisasi Program Makan Bergizi Gratis baru mencapai Rp 13 triliun, yang setara dengan 18,3 persen dari total pagu untuk tahun 2025. Meskipun angka tersebut terbilang kecil, ada harapan bahwa realisasi anggaran akan mengalami percepatan seiring berjalannya waktu.
Tantangan dalam serapan anggaran ini menjadi perhatian pemerintah. Kemenkeu mencatat bahwa tren peningkatan serapan anggaran mulai terlihat sejak pertengahan tahun. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan dalam proses pengelolaan anggaran demi mencapai sasaran yang diinginkan.
Salah satu strategi kunci adalah pemantauan dan evaluasi yang dilakukan secara terus-menerus. Dengan pendekatan ini, pemerintah berharap dapat mengidentifikasi masalah sedini mungkin dan mengambil langkah-langkah perbaikan yang diperlukan. Setiap vasilitas dan program yang berkaitan dengan MBG perlu dievaluasi guna meningkatkan efektivitas penggunaan anggaran.
Masyarakat dan Peran Aktif dalam Program Makan Bergizi Gratis
Partisipasi masyarakat sangat penting untuk kesuksesan Program Makan Bergizi Gratis. Masyarakat perlu memiliki pemahaman yang baik tentang manfaat program ini agar dapat berkontribusi dengan aktif. Edukasi mengenai pentingnya gizi seimbang bisa menjadi langkah awal untuk mendukung terciptanya masyarakat yang sehat.
Pemerintah juga berupaya untuk membangun kemitraan dengan berbagai sektor, termasuk swasta dan masyarakat sipil. Kerja sama ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas bahan makanan yang disediakan dalam program MBG, sehingga masyarakat benar-benar merasakan manfaatnya.
Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan dan pelaksanaan program juga sangat penting. Dengan adanya keterlibatan yang aktif, masyarakat bisa memberikan masukan yang konstruktif untuk perbaikan dan pengembangan program di masa mendatang.