Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan memainkan peran signifikan dalam mengatur harga ayam dan telur di tingkat peternak dan konsumen. Langkah ini bertujuan untuk menciptakan kestabilan di pasar serta memastikan kesejahteraan para peternak kecil.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengungkapkan bahwa BUMN akan berfokus pada sektor hulu peternakan terintegrasi. Proyek ambisius ini diperkirakan memerlukan investasi sekitar Rp 20 triliun, yang akan didanai oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara.
Amran menjelaskan lebih rinci mengenai strategi ini yang akan dimulai dari pemilihan grandparent stock hingga final stock. Semua proses ini akan melibatkan peternakan kecil, guna memastikan ketersediaan pakan yang stabil dan DOC (day old chick) yang terjamin kualitasnya.
Dia juga menekankan bahwa dengan model ini, peternak kecil akan dapat memanfaatkan akses untuk membeli pakan dan bibit ayam dengan harga yang wajar. “Kami berkomitmen untuk menjaga agar harga-harga ini tetap stabil, sehingga peternak tidak akan mengalami kerugian,” ucap Amran.
Masalah yang dihadapi saat ini adalah ketidakstabilan harga pada komoditas ayam dan telur. Oleh karena itu, kehadiran BUMN serupa dengan Bulog diperlukan untuk bisa mengontrol keadaan di sektor peternakan yang sering kali berfluktuasi.
Strategi Terintegrasi untuk Peternakan Ayam dan Telur
Peternakan terintegrasi ini akan menawarkan solusi kompetitif bagi peternak kecil yang selama ini kesulitan akibat fluktuasi harga. Dengan pola kerja yang lebih terstruktur, diharapkan dapat membangun kestabilan dalam hal produksi dan distribusi.
Sistem yang direncanakan akan melibatkan pendekatan berkesinambungan dalam pemeliharaan dan pembibitan. Hal ini memungkinkan peternak untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh perubahan pasar yang tidak terduga.
Dukungan dari BUMN penting dalam memastikan bahwa peternak kecil tidak hanya memiliki akses yang sama terhadap sumber daya, tetapi juga berpeluang mendapatkan keuntungan yang lebih baik. Kebijakan ini akan mengurangi beban ekonomis yang sering dialami oleh peternak kecil.
Selain itu, dengan adanya ketersediaan pakan yang memastikan, kualitas produk akhir juga akan dapat meningkat. Kualitas ayam dan telur yang dihasilkan nanti diharapkan dapat bersaing dengan produk dari sektor lain.
Integrasi ini juga akan membuka kemungkinan untuk mengembangkan industri pendukung lainnya, seperti pengolahan pakan dan distribusi hasil ternak, yang semakin mempermudah peternak dalam menjalankan usahanya.
Intervensi Harga untuk Menjaga Kesejahteraan Peternak
Selain membangun sistem terintegrasi, Menteri Pertanian juga berencana untuk memanggil pengusaha ternak telur. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap tren kenaikan harga telur di kalangan konsumen selama beberapa waktu terakhir.
Data dari badan statistik menunjukkan bahwa harga telur ayam telah berada di atas harga acuan penjualan. Oleh karena itu, pemanggilan para pengusaha diharapkan dapat menjadi upaya untuk mengintervensi dan menstabilkan harga di pasar.
“Nanti kami akan panggil perusahaan-perusahaan besar dalam sektor ini,” kata Amran. Dengan melibatkan pengusaha besar, diharapkan dapat ada kesepakatan yang menguntungkan bagi semua pihak terkait.
Pemerintah berkomitmen untuk menciptakan keseimbangan dalam penyediaan produk ternak. Hal ini penting bukan hanya untuk peternak, tetapi juga bagi konsumen yang selama ini mengalami fluktuasi harga yang cukup tinggi.
Intervensi harga ini bukan sekadar langkah sementara, tetapi bagian dari strategi jangka panjang untuk memastikan ketahanan pangan dan kesejahteraan bagi semua pemangku kepentingan dalam rantai pasok peternakan.
Membangun Ekosistem Peternakan yang Berkelanjutan
Pembangunan ekosistem peternakan yang berkelanjutan menjadi fokus utama dari inisiatif ini. Dengan dukungan dari BUMN, diharapkan semua elemen dalam industri peternakan dapat saling berkolaborasi untuk menciptakan sistem yang menguntungkan.
Ekosistem terintegrasi ini juga diharapkan dapat memfasilitasi peternak kecil untuk lebih mandiri. Mereka akan memiliki akses ke pengetahuan serta teknologi terbaru dalam peternakan, yang akan membantu meningkatkan efisiensi usaha mereka.
Selain itu, kerjasama dengan berbagai institusi pendidikan dan penelitian juga akan dilakukan. Ini untuk memastikan bahwa ilmu pengetahuan dan inovasi terbaru terus disalurkan kepada para peternak.
Kesejahteraan peternak kecil akan menjadi barometer keberhasilan program ini. Jika pelaksanaan sistem berjalan dengan baik, peternak akan merasakan manfaat yang nyata dalam jangka panjang.
Di akhir, semua usaha ini bertujuan untuk menciptakan budaya peternakan yang berkelanjutan, di mana para peternak tidak hanya berfokus pada keuntungan jangka pendek namun juga pada keberlangsungan usaha mereka di masa depan.
















