Mantan negosiator perdagangan USTR serta kepala Asia Society Policy Institute di Washington, Wendy Cutler, memiliki harapan tinggi terhadap potensi pertemuan antara Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping di akhir tahun ini. Pengamat politik ini memperkirakan bahwa hasil signifikan dapat tercapai, terutama dalam konteks KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik yang akan diadakan di Seoul pada bulan Oktober.
Pertemuan tersebut diharapkan dapat menyentuh isu-isu penting seperti kesepakatan untuk meredakan kekhawatiran Amerika Serikat mengenai aplikasi TikTok. Di samping itu, isu penghapusan pembatasan pembelian kedelai dari Amerika oleh Tiongkok serta pengurangan tarif untuk barang-barang terkait fentanil juga akan menjadi agenda utama yang dibahas.
Dikutip dari Cutler, diskusi yang berlangsung di Madrid baru-baru ini memiliki potensi untuk menjadi dasar pertemuan semacam itu di masa mendatang. Namun, perjalanan menuju kesepakatan yang diharapkan mungkin akan panjang, terutama karena melibatkan banyak isu sensitif yang berkaitan dengan perekonomian kedua negara.
Sebagian besar tuntutan Amerika Serikat terhadap Tiongkok berkaitan dengan model perekonomian yang dikelola oleh negara dan ketergantungan Tiongkok pada ekspor. Menurut Cutler, proses penyelesaian keluhan-keluhan ekonomi inti tersebut bisa memakan waktu bertahun-tahun dan tidak mudah dilakukan.
Aspek Penting dalam Hubungan Perdagangan AS-Tiongkok
Hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok telah lama menjadi pusat perhatian dunia, dan setiap pertemuan antara kedua pemimpin sering kali menjadi sorotan. Poin-poin dalam negosiasi ini mencakup banyak hal yang berhubungan dengan kebijakan fiskal dan perdagangan kedua negara.
Aspek ekonomi sangat lebih dari sekadar angka dalam neraca perdagangan. Ini juga melibatkan isu regulatori, yang mencakup pembatasan terkait produk teknologi dan kebijakan ekspor yang ketat dari Tiongkok.
Dari sudut pandang Tiongkok, kemampuan untuk mendapatkan konsesi tanpa harus membuat perubahan fundamental dalam ekonomi mereka adalah prioritas utama. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Amerika Serikat yang ingin melihat perubahan nyata dalam kebijakan Tiongkok.
Pengurangan ketergantungan pada ekspor yang disubsidi oleh negara menjadi salah satu tuntutan utama yang diajukan AS. Namun, menyesuaikan model ekonomi Tiongkok yang telah berlangsung lama bukanlah hal yang mudah dan mungkin menimbulkan perdebatan yang panjang.
Kesepakatan yang bisa dicapai di masa mendatang, terutama tentang TikTok, bisa menjadi contoh langkah positif dalam hubungan kedua negara. Meskipun demikian, jalan menuju kesepakatan ini masih berliku.
Proses Pendekatan dan Tantangan di Depan
Cutler menunjukkan bahwa proses untuk mencapai kesepakatan yang memuaskan semua pihak tidak bisa dilakukan dalam semalam. Dalam hal ini, baik Amerika Serikat maupun Tiongkok harus bersedia saling memberikan konsesi, sesuatu yang mungkin sulit dilakukan mengingat posisi kedua negara yang kian mengeras.
Sikap Tiongkok yang tampaknya lebih memilih untuk tidak terburu-buru dalam mencapai kesepakatan mencerminkan kebutuhan mereka untuk mempertahankan posisi tawar strategis. Oleh karena itu, timbul pertanyaan, apakah Amerika Serikat dapat memberikan konsesi yang substansial tanpa ada terobosan signifikan dari pihak Tiongkok?
Ketidakpastian ini menyebabkan banyak analis khawatir tentang kemungkinan terulangnya ketegangan yang terjadi sebelumnya, terutama mengingat fondasi yang rapuh dalam hubungan kedua negara saat ini. Diskusi-diskusi mendatang seharusnya lebih difokuskan pada masalah mendasar dalam hubungan ekonomi yang tidak berjalan seimbang ini.
Meskipun ada banyak tantangan yang harus dihadapi, penting untuk tetap optimis dalam menghadapi pertemuan-pertemuan mendatang. KTT mendatang bisa jadi merupakan kesempatan bagi kedua pemimpin untuk merundingkan poin-poin penting tersebut secara langsung.
Akhirnya, perhatian dunia internasional akan tertuju pada bagaimana kedua negara adikuasa ini dapat beradaptasi dan menemukan solusi bagi masalah yang kompleks ini. Hubungan yang saling menguntungkan tetap menjadi harapan, meskipun banyak rintangan yang harus dilewati.
Pentingnya Diplomasi dalam Hubungan Global
Pentingnya diplomasi yang efektif tidak dapat dianggap remeh, terutama antara dua negara dengan pengaruh besar seperti AS dan Tiongkok. Ketegangan yang ada saat ini akan sangat bergantung pada kemampuan kedua belah pihak untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dalam negosiasi.
Dalam konteks ini, pertemuan antara pemimpin yang berpengaruh seperti Trump dan Xi menjadi sangat vital. Kesempatan untuk saling mendengarkan dan memahami satu sama lain adalah langkah awal yang diperlukan untuk meredakan ketegangan.
Diplomasi yang baik juga memerlukan waktu dan kesabaran, dan dalam hal ini, Wendy Cutler menekankan bahwa upaya untuk mencapai kesepakatan yang komprehensif harus dilakukan secara konsisten. Tanpa adanya upaya berkelanjutan, potensi untuk kemajuan untuk hubungan kedua negara akan semakin kecil.
Pasar global sangat bergantung pada stabilitas hubungan antara AS dan Tiongkok. Ketika kedua negara berkonflik, dampaknya bisa dirasakan di seluruh dunia, baik dalam konteks ekonomi maupun politik.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kedua negara untuk mengubah cara mereka berinteraksi. Pendekatan yang lebih kolaboratif dapat memberikan manfaat yang signifikan tidak hanya bagi Amerika Serikat dan Tiongkok, tetapi juga bagi komunitas internasional secara keseluruhan.