Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI), Joko Suranto, menyampaikan komitmen anggota REI untuk mendukung Program 3 Juta Rumah di Indonesia. Sektor properti bukan hanya berperan dalam penyediaan tempat tinggal, tetapi juga sebagai indikator penting pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam konteks ini, terdapat sekitar 401 anggota REI yang telah mengajukan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Perumahan, dengan 49 di antaranya telah mencapai akad senilai Rp240 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perumahan mulai menunjukkan kemajuan dalam mendukung program pemerintah.
Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) REI Tahun 2025 di Hotel Mercure Ancol, Jakarta, turut dihadiri oleh Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, Maruarar Sirait, yang memberikan sambutan resmi. Acara ini menjadi platform bagi para pengembang untuk berdiskusi mengenai tantangan dan solusi dalam industri perumahan.
Dalam Rakernas tersebut, tema yang diusung adalah Propertinomic 2.0, yang menekankan pada upaya mengatasi hambatan dan mempercepat pelaksanaan Program 3 Juta Rumah. Kehadiran ratusan pengembang perumahan dari seluruh Indonesia menjadikan forum ini sangat relevan dalam konteks pembangunan perumahan.
Tantangan utama dalam sektor perumahan adalah koordinasi antar berbagai instansi. Masalah perizinan perumahan melibatkan sembilan kementerian dan banyak lembaga lain, membuat proses yang seharusnya efisien menjadi rumit. Joko Suranto menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor agar perizinan dapat dipercepat dan lebih efektif.
Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman diharapkan mampu berperan sebagai pengarah dalam harmonisasi perizinan. Saat ini, ada 314 proyek REI yang terhambat dengan total luas lahan mencapai 6.178 hektar dan nilai investasi sebesar Rp 34,7 triliun. Hal ini menunjukkan perlunya tindakan yang lebih tegas untuk memecahkan masalah perizinan ini.
Peran Pengembang dalam Suksesnya Program 3 Juta Rumah
Menteri PKP, Maruarar Sirait, memberikan kesempatan kepada para pengembang untuk menyuarakan kritik dan saran terkait kebijakan perumahan. Ia berharap semua pihak dapat bersama-sama menyukseskan Program 3 Juta Rumah dengan membangun rumah yang berkualitas dan layak huni bagi masyarakat.
Maruarar mengingatkan bahwa evaluasi terhadap kebijakan sangat penting agar program perumahan berjalan dengan baik. Ia berharap adanya dialog terbuka antara pengembang dan kementerian untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan kebijakan di lapangan.
Pentingnya peran pengembang sangat jelas dalam konteks ini. Tidak hanya sebagai penyedia rumah, tetapi mereka juga harus memastikan bahwa pembangunan memenuhi standar kualitas dan berkelanjutan. Dengan demikian, masyarakat dapat mendapatkan hunian yang aman dan nyaman.
Dalam acara ini, berbagai inisiatif juga dibahas untuk mendukung Program 3 Juta Rumah. Keberadaan insentif dari pemerintah diharapkan dapat mendorong pengembang untuk mempercepat pembangunan. Ini akan mempermudah masyarakat dalam memperoleh rumah idaman.
Inisiatif dan Dukungan dari Pemerintah untuk Dunia Properti
Menteri PKP juga menyoroti berbagai langkah yang telah diambil kementerian untuk mendukung sektor perumahan. Adapun sebelas langkah strategis yang telah diimplementasikan antara lain adalah pemberian fasilitas BPHTB dan PBG gratis bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Dari berbagai inisiatif tersebut, terdapat pula insentif PPN yang akan diberikan hingga tahun 2026. Langkah-langkah tersebut dirancang untuk mengurangi beban masyarakat dalam memperoleh rumah. Semangat ini diharapkan dapat meningkatkan angka kepemilikan rumah di kalangan masyarakat.
Kementerian juga menginisiasi pelonggaran GWM Bank Indonesia dan penyaluran FLPP untuk mendukung pembiayaan rumah. Selain itu, program kredit mikro perumahan ditujukan untuk mengatasi permasalahan rentenir, memberikan alternatif pembiayaan yang lebih aman bagi masyarakat.
Dalam Rakernas ini, Menteri PKP mencatat bahwa target KPR FLPP diharapkan mencapai 50 ribu pada bulan Desember mendatang. Hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam memberikan solusi konkret bagi permasalahan perumahan yang ada.
Inisiatif Lingkungan dalam Sektor Perumahan
REI juga berkomitmen untuk berkontribusi dalam program penghijauan, dengan rencana penanaman satu juta pohon. Joko menyampaikan usulan baru yang mengajak setiap pembangunan rumah untuk menanam dua pohon sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan.
Jika diterapkan, inisiatif ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas lingkungan, tetapi juga menyadarkan masyarakat tentang pentingnya kelestarian lingkungan. Dengan penanaman pohon ini, diharapkan akan ada dampak positif terhadap ekosistem dan keseimbangan lingkungan.
Program penghijauan diharapkan dapat menyatu dengan upaya pembangunan perumahan yang berkelanjutan. Dalam konteks urbanisasi yang terus meningkat, penting untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian lingkungan.
Dengan demikian, sektor perumahan tidak hanya bertujuan untuk menyediakan tempat tinggal, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan. Usaha ini mencerminkan komitmen bersama untuk menghadapi tantangan global terkait isu lingkungan.
















