Pada Oktober 2025, pasar properti di Indonesia menunjukkan dinamika menarik. Meski harga rumah sekunder mengalami penurunan tipis sebesar 0,3 persen, ada sinyal positif dari kawasan industri di wilayah timur Jakarta, khususnya di Bekasi hingga Subang, yang menarik minat investor.
Pergeseran ini terjadi di tengah inflasi tahunan yang tercatat sebesar 2,86 persen. Meningkatnya minat terhadap daerah-daerah industri turut didorong oleh perbaikan dalam hal konektivitas dan penurunan suku bunga acuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
Hal ini menunjukkan potensi perkembangan yang lebih besar di kawasan-kawasan yang sebelumnya mungkin kurang dikenal sebagai pusat investasi. Masyarakat mulai melihat peluang baru dalam sektor properti, terutama di lokasi yang berkaitan erat dengan industri.
Pergerakan Harga Rumah Sekunder di Berbagai Kota Besar
Data terbaru menunjukkan bahwa meskipun secara keseluruhan terjadi penurunan harga, beberapa kota masih mencatat kenaikan yang signifikan. Makassar menjadi salah satu kota yang mengalami lonjakan harga tertinggi, yakni 8,4 persen secara bulanan.
Diikuti oleh Bogor yang mencatatkan kenaikan 1,3 persen dan Bekasi dengan 0,9 persen. Hal ini menunjukkan variasi kondisi pasar antar wilayah, di mana setiap kawasan memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan harga rumahnya masing-masing.
Secara nasional, harga rumah sekunder menunjukkan pertumbuhan 0,3 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Namun, pergerakan yang bervariasi di kota-kota besar Indonesia menarik perhatian banyak pihak, terutama investor.
Kawasan Industri Sebagai Daya Tarik Investasi
Laporan terbaru menunjukkan adanya pergeseran investasi properti ke area sekitar industri, yang menjadi magnet baru bagi para investor. Pembangunan infrastruktur, seperti jalan tol, dan keberadaan kawasan industri baru semakin menguatkan minat terhadap properti di daerah Bekasi, Karawang, dan Subang.
Harga rumah di Bekasi, misalnya, menunjukkan kenaikan 0,9 persen secara bulanan, serta 1,4 persen secara tahunan. Dengan demikian, kawasan ini secara jelas tampil sebagai pilihan menarik bagi para pencari properti dan investor.
Kawasan industri kini berkembang menjadi model integrasi antara fungsi residensial, komersial, dan industri. Hal ini, menurut para analis, mendefinisikan ulang bagaimana orang melihat nilai dari suatu properti di daerah tersebut.
Pemanfaatan Suku Bunga yang Turun Untuk Meningkatkan Investasi
Dalam konteks ekonomi makro, penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia menjadi faktor pendorong lain untuk investasi. Suku bunga acuan yang dipertahankan di level 4,75 persen menciptakan suasana yang lebih kondusif bagi pengembang dan investor untuk kembali mengambil risiko dalam proyek-proyek baru.
Kondisi ini tercatat pada laporan yang menunjukkan bahwa inflasi konsisten berada di atas pertumbuhan harga rumah. Meskipun situasi ini terbilang menantang, banyak investor melihatnya sebagai kesempatan untuk mengakumulasi aset.
Pencarian properti di Tangerang, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat menunjukkan minat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kendati ada tantangan, beberapa area tetap menjadi fokus utama bagi banyak orang yang berencana untuk berinvestasi di sektor properti.
Kondisi Pasar yang Masih Stabil di Tengah Ketidakpastian
Walaupun terdapat perlambatan dalam pertumbuhan harga rumah, beberapa kota tetap menunjukkan ketahanan. Khususnya kota-kota dengan dukungan ekonomi yang kuat, konektivitas yang baik, serta sektor industri yang berkembang.
Status pasar properti, berdasarkan taksiran, menunjukkan bahwa perkembangan kawasan industri dan kawasan mixed-use dapat menjadi solusi bagi banyak investor. Ini menciptakan harapan baru dalam integrasi antara hunian dan pusat-pusat aktivitas.
Dengan perubahan perilaku konsumen dan permintaan yang semakin terintegrasi, masa depan pasar properti tampaknya tetap cerah. Berbagai perkembangan ini menandakan bahwa meskipun ada tantangan, ada pula banyak peluang yang bisa dimanfaatkan dengan bijak.
















