Perkembangan kecerdasan buatan (AI) saat ini telah memasuki berbagai sektor, termasuk industri musik di Indonesia. Banyak musisi yang mulai mengeksplorasi penggunaan AI untuk menciptakan karya-karya baru yang inovatif dan menarik.
Dalam konteks ini, acara AiDEA Weeks 2025 menyelenggarakan diskusi bertajuk “Music Meets: AI in Music Industry.” Diskusi ini mengundang beberapa praktisi musik untuk berbagi pandangan tentang bagaimana teknologi AI dapat berkontribusi dalam proses kreatif mereka.
Musisi dan produser, Noor Kamil, berbagi pengalaman menarik tentang bagaimana dia menggunakan AI ChatGPT dalam membuat demo musik. Menurutnya, AI bukan hanya membantu dalam pembuatan musik tetapi juga mempercepat proses kreatif yang sebelumnya memakan waktu lebih lama.
Penggunaan Kecerdasan Buatan dalam Proses Kreatif Musisi
AI diklaim mampu memberikan kemudahan dalam proses pencarian instrumen dan pengaturan aransemen musik. Noor mengungkapkan, dengan bantuan AI, proses mencari pola drum dan referensi sound dapat dilakukan lebih efektif. Hal itu membuatnya lebih mudah menyusun demo musik dalam waktu yang lebih singkat.
Dari satu minggu menjadi hanya satu hari untuk menyelesaikan demo, kenyataan ini menunjukkan seberapa besar dampak yang dapat diberikan oleh teknologi. Musisi kini bisa lebih fokus pada aspek kreatif tanpa terjebak dalam teknis yang memakan waktu.
Sementara itu, Tuan Tigabelas, musisi lainnya, mengungkapkan bahwa meskipun dia menghargai teknologi, ia lebih menyukai metode tradisional. Dengan menggunakan pulpen dan kertas, Tuan Tigabelas merasa lebih terhubung dengan proses kreatifnya, yang mungkin tidak dapat tergantikan oleh teknologi.
Persepsi Beragam tentang Kecerdasan Buatan di Dunia Musik
Sikap skeptis dan optimis terhadap AI hadir dalam kalangan musisi. Noor melihat teknologi ini sebagai alat bantu yang mempercepat proses, sementara Tuan Tigabelas tetap berbicara tentang pentingnya keaslian dan rasa dalam menciptakan musik. Di satu sisi, AI dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produktivitas, tetapi di sisi lain, esensi manusia dalam menciptakan karya seni tetap tak tergantikan.
Tuan Tigabelas juga menekankan pentingnya memberi ‘rasa’ pada kerangka yang dihasilkan oleh AI. Ia percaya bahwa meskipun AI dapat membantu dalam pengembangan ide, hasil akhir tetap bergantung pada emosi dan nuansa yang mampu diberikan oleh manusia.
Pemahaman ini menciptakan diskusi yang menarik dalam dunia musik. Di satu sisi, ada kecenderungan untuk menerima teknologi sebagai bagian dari evolusi seni, tetapi di sisi lain, muncul kekhawatiran bahwa teknologi dapat menggantikan kreativitas manusia.
Masalah dan Tantangan yang Dihadapi Musisi Akibat Kecerdasan Buatan
Seiring dengan kemajuan yang ditawarkan oleh AI, ada pula tantangan yang harus dihadapi oleh musisi. Salah satunya adalah isu hak cipta dan kepemilikan karya. Pertanyaan muncul mengenai siapa yang berhak atas karya yang dihasilkan dengan bantuan AI, apakah itu musisi atau pengembang AI.
Musisi lainnya juga merasakan tekanan untuk beradaptasi dengan teknologi baru. Di tengah perubahan yang cepat ini, beberapa musisi merasa tertekan untuk mengintegrasikan teknologi yang mungkin mereka tidak sepenuhnya pahami. Hal ini bisa menciptakan ketidakpastian dalam proses kreatif mereka.
Namun, meskipun ada tantangan, banyak musisi yang melihat penggunaan AI sebagai peluang. Dengan memanfaatkan teknologi ini, mereka dapat meningkatkan kreativitas dan efisiensi, serta menghasilkan karya yang lebih beragam dan menarik.
















