Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat baru-baru ini mengungkapkan bahwa Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, yang ambruk dan menewaskan banyak orang, memiliki sejarah yang cukup panjang. Pesantren ini telah berdiri selama 125 tahun, dan kejadian tragis ini membuka kembali wacana mengenai kondisi infrastruktur yang ada di lembaga pendidikan sejenis.
Kondisi bangunan yang lebih tua, menurutnya, seringkali tidak memiliki perencanaan yang cukup baik. Beberapa faktor, termasuk keterbatasan anggaran, menjadi penyebab utama mengapa banyak pesantren yang memilih cara pembangunan yang sederhana dan tidak terencana.
“Sangat disadari bahwa pondok pesantren yang mengalami musibah ini memiliki usia yang cukup tua,” ungkap Menteri Koordinator tersebut. Pernyataan ini disampaikan setelah pertemuan dengan Menteri Agama yang membahas berbagai isu terkait pendidikan agama di Indonesia.
Cak Imin, sapaan akrabnya, menegaskan bahwa evaluasi terhadap kondisi bangunan pesantren yang berusia tua akan segera dilakukan. Hal ini bertujuan agar insiden seperti yang terjadi di Sidoarjo tidak terulang di masa mendatang.
Dia juga menambahkan bahwa pemerintah akan fokus mendata pesantren yang berusia di atas 100 tahun. Dengan langkah ini, diharapkan tindakan pencegahan dapat dilakukan secara dini agar keselamatan santri dapat terjaga dengan lebih baik.
Pentingnya Perencanaan dan Anggaran dalam Pembangunan Pesantren
Pondok Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki peranan penting dalam pendidikan agama dan karakter. Namun, kondisi bangunan yang tidak memadai dapat menjadi ancaman bagi keselamatan para santri. Hal ini menunjukkan pentingnya perencanaan yang matang serta anggaran yang memadai untuk pembangunan infrastruktur.
Cak Imin menyoroti bahwa banyak pesantren masih bergantung pada metode pembangunan ‘tambal sulam’. Cara ini tentu tidak efektif dalam jangka panjang dan dapat meningkatkan risiko kerusakan bangunan, terutama di wilayah yang rawan bencana.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kebijakan yang berpihak pada pengembangan infrastruktur pesantren. Dengan melakukan pengalokasian anggaran yang lebih baik, pesantren dapat membangun fasilitas yang lebih aman dan nyaman bagi para santri.
Dari total 344.130 pesantren di Indonesia, puluhan ribu berada dalam kategori rawan. Situasi ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah dalam memastikan keselamatan para santri. Oleh karena itu, evaluasi kondisi bangunan harus menjadi prioritas.
Kesadaran mengenai pentingnya perbaikan infrastruktur pesantren perlu ditingkatkan di semua lapisan masyarakat. Pengetahuan akan kondisi bangunan yang memadai akan membantu meningkatkan kualitas pendidikan yang diterima oleh santri.
Usaha Kolaboratif untuk Meningkatkan Keselamatan Pesantren
Pemerintah berkomitmen untuk berkolaborasi dengan berbagai kementerian guna menyelamatkan jaringan pesantren yang berada dalam kondisi memprihatinkan. Kerja sama ini diharapkan dapat mempercepat langkah-langkah perbaikan infrastruktur yang diperlukan.
Cak Imin menyatakan bahwa selain mendata, mereka juga akan melakukan audisi dan pemeriksaan secara berkala pada bangunan-bangunan yang dianggap rawan. Upaya ini merupakan bagian dari inisiatif untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman.
Sebagai langkah awal, Kementerian Agama bisa merancang program-program pelatihan bagi pengelola pesantren mengenai perencanaan tauperbaikan infrastruktur. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga dan memelihara bangunan pesantren.
Melalui peningkatan kapasitas ini, diharapkan pengelola pesantren bisa lebih mandiri dalam menangani masalah infrastruktur yang dihadapi. Kesadaran ini bisa menjadi titik awal untuk perbaikan yang lebih besar di seluruh negeri.
Keterlibatan masyarakat dalam program penyelamatan pesantren sangat dibutuhkan. Masyarakat bisa berkontribusi baik melalui sumber daya manusia maupun bantuan finansial untuk membantu upaya restorasi dan rehabilitasi bangunan pesantren yang rusak.
Menghadapi Tantangan yang Ada di Depan
Kejadian ambruknya Pondok Pesantren Al Khoziny telah menyoroti tantangan serius yang harus dihadapi oleh sektor pendidikan di Indonesia. Semua pihak harus bersatu untuk memastikan bahwa insiden serupa tidak akan terulang.
Penting untuk memahami bahwa pesantren bukan hanya sekadar lembaga pendidikan, tetapi juga tempat di mana nilai-nilai agama dan moral ditanamkan. Mengabaikan kondisi bangunan sama dengan mengabaikan masa depan generasi muda bangsa.
Langkah-langkah awal seperti mendata dan mengevaluasi kondisi gedung harus segera diambil. Semua pesantren yang berusia tua perlu diidentifikasi dan diberikan perhatian, sehingga proses perbaikan dapat segera dilaksanakan.
Pemerintah juga perlu memastikan bahwa anggaran yang dialokasikan untuk pendidikan cukup untuk mencakup pengembangan infrastruktur. Mengoptimalkan penggunaan dana dengan baik akan membuat setiap pesantren memiliki kesempatan untuk berkembang.
Kedepannya, diharapkan ada sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan pesantren untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan berkualitas. Jika semua pihak berperan aktif, masa depan pendidikan pesantren di Indonesia akan semakin cerah.