Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana mengungkap berbagai langkah evaluasi yang dilakukan terkait tingginya angka keracunan makanan yang terjadi dalam program Makan Bergizi Gratis. Salah satu langkah tersebut adalah penyesuaian kapasitas produksi di masing-masing Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi.
Langkah tersebut turut mencakup penurunan jumlah penerima manfaat yang sebelumnya mencapai 3-4 ribu porsi menjadi 2-2,5 ribu porsi per dapur. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan keamanan makanan yang disajikan.
Dadan juga menekankan pentingnya melakukan rapid test terhadap bahan baku makanan serta hasil akhir dari makanan tersebut. Selain itu, pihaknya akan menyediakan alat sterilisasi untuk alat penyajian guna mengurangi risiko kontaminasi.
Dalam upaya menangani permasalahan keracunan makanan, Dadan menyoroti peran air yang digunakan dalam proses memasak. Ia menjelaskan bahwa seluruh SPPG harus menggunakan air bersertifikat daripada air biasa. Dengan demikian, pengawasan terhadap bahan makanan menjadi sangat vital dalam program ini.
Langkah-Langkah untuk Mengurangi Kasus Keracunan Makanan
Salah satu tindakan penting yang diambil adalah pengurangan jumlah penerima manfaat per dapur. Dadan menjelaskan bahwa langkah ini diharapkan dapat mengurangi tekanan pada dapur dan memastikan bahwa setiap porsi makanan yang disajikan memenuhi standar keamanan gizi.
Selain itu, rapid test pada bahan baku dan hasil makanan akan dilakukan secara rutin. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi adanya bakteri atau zat berbahaya sebelum makanan disajikan kepada masyarakat.
Penggunaan air bersertifikat untuk memasak menjadi syarat baru dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis. Dengan hal ini, diharapkan semua praktik memasak dapat berjalan lebih aman dan terjamin, serta mengurangi risiko keracunan yang disebabkan oleh kualitas air yang tidak terjamin.
Dengan kombinasi dari beberapa langkah ini, Dadan optimis angka keracunan makanan dapat berkurang secara signifikan. Pendekatan ini tidak hanya akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap program ini, tetapi juga memberi jaminan kualitas makanan yang lebih baik.
Persentase Kasus Keracunan Makanan di Indonesia
Dadan mencatat bahwa kasus keracunan makanan yang terjadi akibat program Makan Bergizi Gratis saat ini mencapai 46 persen. Sementara itu, 54 persen sisanya disebabkan oleh sumber lain yang belum teridentifikasi secara jelas.
Dalam hal ini, penting untuk memahami bahwa tidak semua kejadian keracunan makanan berasal dari program tersebut. Dadan memberikan contoh insiden keracunan yang menimpa para siswa di Cipatat, yang terpisah dari program Makan Bergizi Gratis, menggambarkan pentingnya mengidentifikasi sumber semua kasus keracunan.
Dari semua kasus yang terjadi, Dadan menekankan bahwa meskipun 46 persen disebabkan oleh makanan dalam program, masih ada banyak faktor lain yang perlu diperhatikan. Hal ini menjadi bukti bahwa program ini tidak satu-satunya yang berkontribusi terhadap masalah keracunan pangan di tanah air.
Dalam dua bulan terakhir, kontribusi keracunan makanan dari program ini memang meningkat. Meskipun program ini menjangkau lebih banyak orang, keseluruhan sistem pengawasan tetap harus diperkuat untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan penerima manfaat.
Kritik dan Usulan dari Pejabat Daerah
Keberadaan SPPG yang bertugas memproduksi ribuan porsi makanan setiap harinya menjadi subjek kritik dari beberapa pihak, termasuk Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X. Menurutnya, tanggung jawab untuk memproduksi hingga 3.000 porsi per hari sangat berat.
Sultan menyoroti bahwa sistem yang membebankan tugas berat tersebut dapat berpotensi menimbulkan keracunan. Dengan pola tersebut, SPPG akan kesulitan untuk mempertahankan standar kualitas yang baik dalam setiap porsi makanan yang dihasilkan.
Pemerintah pun perlu mengevaluasi sistem yang ada, menawarkan pembagian tugas ke dalam unit-unit lebih kecil yang mampu memasak dengan porsi lebih sedikit. Dengan pembagian ini, setiap unit dapat memfokuskan perhatian lebih terhadap kualitas dan keamanan makanan.
Usulan tersebut diharapkan dapat menghadirkan solusi praktis dan logis dalam mengatasi masalah keracunan makanan yang masih marak. Jika langkah ini diambil, diharapkan angka keracunan dapat menurun seiring dengan peningkatan pengawasan.
Kegiatan dan Penerima Manfaat Program Makan Bergizi Gratis
Program Makan Bergizi Gratis merupakan salah satu inisiatif besar yang dicanangkan dengan target mencapai 36,2 juta penerima manfaat. Sejak program ini mulai berjalan, sekitar 1,4 miliar porsi makanan telah didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Walaupun program ini memberikan manfaat luas, Dadan mengakui adanya kekurangan dalam implementasinya. Hal ini sangat wajar mengingat besarnya skala program yang dihadapi oleh pemerintah saat ini.
Prabowo bahkan menyebutkan bahwa meskipun terdapat sejumlah kasus keracunan yang dilaporkan, langkah-langkah untuk memperbaiki kualitas penyelenggaraan akan terus diterapkan. Pemerintah berkomitmen untuk terus memantau dan meningkatkan aspek pengawasan dalam semua kegiatan operasional.
Dapat dilihat bahwa program ini menjadi ujian bagi semua pihak, dan terus-menerus berupaya untuk menyediakan makanan berkualitas bagi masyarakat. Dengan dukungan dari semua elemen, diharapkan program ini dapat berjalan dengan lebih baik ke depannya.