Kematian Raditya Allibyan Fauzan, atau Pian, yang baru berusia 4 tahun, menggugah emosi masyarakat dan menarik perhatian aparat penegak hukum. Kisah tragis ini diawali dengan berita duka yang mencengangkan, ketika Pian ditemukan meninggal di rumah sakit dengan tubuh penuh luka. Kejadian ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai perlindungan anak dan kekerasan dalam rumah tangga.
Pian dilarikan ke RSUD Ujungberung, Kota Bandung, pada Jumat (21/11), dalam kondisi sangat mengenaskan. Keberadaan luka lebam di seluruh tubuhnya menjelaskan dugaan adanya tindak kekerasan yang berujung pada kematiannya.
Setelah penyelidikan, pihak kepolisian menetapkan Sari Mulyani, ibu tiri Pian, sebagai tersangka dalam kasus ini. Penetapan tersangka dilakukan setelah polisi melakukan pemeriksaan intensif pada Sari, di mana dia langsung ditahan pasca-pemeriksaan.
Penyelidikan Kasus Kematian Pian Secara Mendalam
Proses penyelidikan atas kematian Pian pun dilakukan dengan serius. Polisi menerima laporan dari ayah kandung Pian hanya beberapa jam setelah kepergian anaknya. Hal ini memicu pihak berwenang untuk segera mengambil langkah hukum terhadap Sari.
Menurut Kompol Anton dari Polrestabes Bandung, proses pemeriksaan pada Sari berlangsung untuk mengumpulkan bukti-bukti yang cukup. Di samping itu, Sari juga akan menjalani pemeriksaan kejiwaan, untuk memastikan kondisi mentalnya.
Berita kematian Pian sudah menyebar luas, dan publik mulai menyuarakan kepedulian. Keluarga, terutama ibu kandung Pian, Titawati, berharap pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal. Mereka mencari keadilan bagi anak yang tidak bersalah tersebut, dan ini menjadi bagian penting dari proses pemulihan bagi keluarga yang ditinggalkan.
Analisis dan Hasil Autopsi Menjadi Kunci Dalam Kasus Ini
Hasil autopsi menjadi perhatian utama dalam penyelidikan ini. Polisi menemukan banyak luka pada tubuh Pian, yang menunjukkan adanya kekerasan yang dilakukan secara berulang. Luka-luka ini termasuk dalam kategori kekerasan fisik yang mengakibatkan kematian.
Dari hasil penyelidikan ditemukan bahwa beberapa luka diakibatkan oleh pemukulan dengan benda tumpul. Hal ini menimbulkan kengerian dan memberikan gambaran betapa kejamnya perlakuan terhadap Pian selama hidupnya.
Berdasarkan informasi dari pihak kepolisian, terdapat luka baru serta bekas lama pada tubuh Pian, yang menunjukkan pola kekerasan berulang. Investigasi lebih lanjut diperlukan untuk melihat latar belakang kehidupan keluarga Pian dan apakah ada tanda-tanda kekerasan sebelumnya.
Reaksi Publik dan Masyarakat Terhadap Kasus Ini
Kasus ini ternyata menimbulkan reaksi keras dari masyarakat. Banyak yang merasa prihatin dan mengutuk tindakan kekerasan terhadap anak. Beberapa organisasi perlindungan anak juga turut angkat suara, menyerukan perlunya tindakan tegas untuk melindungi masa depan anak-anak.
Media sosial dipenuhi dengan berbagai komentar dan tagar yang mendukung keadilan bagi Pian. Hal ini menciptakan aliansi antara masyarakat yang peduli terhadap isu kekerasan dalam rumah tangga dan perlindungan anak-anak. Banyak yang berharap agar kasus ini menjadi momentum untuk mengubah cara pandang masyarakat tentang kekerasan dalam keluarga.
Pentingnya pelatihan dan pendidikan bagi para orang tua serta anggota keluarga tentang cara mendidik anak tanpa kekerasan juga menjadi sorotan. Masyarakat diharapkan lebih tanggap dan peduli terhadap keadaan di sekitar sehingga bisa mencegah kejadian serupa di masa depan.
















