Siswa di SMA Negeri 72 Jakarta mulai melaksanakan pembelajaran tatap muka pada hari Senin, 17 November, setelah terjadinya ledakan yang menghebohkan lebih dari seminggu lalu. Keputusan ini diambil meskipun tidak semua siswa ikut serta dalam kegiatan tersebut, karena sebagian masih memilih untuk belajar secara daring.
Chico Hakim, Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta Bidang Komunikasi Sosial, menjelaskan bahwa orang tua dan siswa diberikan opsi untuk memilih metode pembelajaran. Pada awal pekan ini, pembelajaran diadakan secara luring dan daring untuk mengakomodasi kebutuhan siswa serta orang tua.
Sejak Senin, 10 November, seluruh siswa di SMA 72 telah beralih ke pembelajaran daring setelah ledakan yang terjadi pada Jumat, 5 November. Peristiwa tersebut mengguncang komunitas sekolah, dan imbasnya dirasakan secara mendalam oleh siswa dan keluarganya.
Pentingnya Keamanan Dalam Proses Belajar Mengajar
Setelah insiden ledakan di area masjid sekolah, perhatian terhadap keamanan menjadi lebih mendesak. Kejadian ini berpotensi menimbulkan trauma bagi siswa, sehingga pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menjadi tantangan tersendiri. Instansi terkait berusaha untuk menciptakan lingkungan yang aman agar proses belajar dapat berjalan lancar.
Terkait perlunya keamanan, upaya perbaikan dan evaluasi protokol keamanan di sekolah juga dinilai krusial. Pihak sekolah dan pemerintah pusat berkolaborasi untuk mengurangi risiko serupa di masa mendatang.
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, berbicara mengenai dampak dari peristiwa tersebut. Banyak siswa melaporkan keinginan untuk pindah sekolah akibat trauma yang dialami, menunjukkan betapa parahnya efek psikologis dari situasi tersebut.
Reaksi Komunitas dan Dukungan Psikologis untuk Siswa
Setelah ledakan tersebut, berbagai organisasi dan psikolog mulai memberikan dukungan kepada siswa dan keluarga. Konseling psikologis menjadi salah satu bentuk bantuan yang diharapkan dapat membantu mereka mengatasi trauma dan kembali beradaptasi. Sangat penting untuk memfasilitasi pemulihan mental bagi para siswa agar mereka bisa melanjutkan pendidikan dengan baik.
Program-program dukungan psikologis ini mencakup sesi diskusi terbuka dan kegiatan yang merangsang interaksi sosial di antara siswa. Hal ini diharapkan dapat membantu siswa untuk saling mendukung sambil membangun rasa aman di lingkungan sekolah mereka.
Kepala sekolah juga menjelaskan betapa pentingnya komunikasi dengan orang tua dalam proses ini. Membangun hubungan yang kuat antara sekolah dan keluarga dapat menciptakan dasar yang stabil untuk mendukung pemulihan siswa.
Menghadapi Trauma dan Memperbaiki Lingkungan Sekolah
Pihak sekolah menyadari bahwa menghadapi trauma akibat kejadian ini memerlukan waktu dan usaha yang tidak sedikit. Mereka berusaha untuk membuat suasana belajar yang lebih positif dan aman. Aktivitas berkumpul dan menjalin keakraban di antara siswa adalah langkah strategis untuk membangun kembali rasa percaya diri mereka.
Forum diskusi di antara siswa dan guru pun diadakan untuk mengatasi rasa takut yang mungkin mengganggu fokus belajar. Dengan cara ini, para siswa bisa berbagi pengalaman dan mendiskusikan perasaan mereka dalam suasana yang mendukung.
Dalam jangka panjang, sekolah berkomitmen untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem keamanan dan protokol darurat. Pelibatan siswa dalam proses ini juga penting agar mereka merasa lebih bagian dari atmosfer sekolah yang aman.
















